15 Juli 2013

Yang Maha Baik, sedikit ceritaku tentang-Mu

Allah maha mendengar. Maha tau, ga pernah lupa dan ga pernah alpha.

Mungkin ini tulisan pertama saya yang belagak religius. Sesungguhnya saya sama sekali ga akan menulis tentang hal-hal yang berbau religius. Kenapa? Karena saya yakin, tuhan saya, tuhan kamu, tuhan anda, sama saja. Mereka maha segalanya, bagi masing-masing pengikutnya. Bagi saya, Allah, Dzat yang maha segalanya. Pengen berbagi sedikit tentang bagaimana, Dzat yang Maha ini selalu berhasil menukar kesakitan dengan suka cita tanpa kita sadari. Kalau ada vote untuk pemberi kejutan sejati, Allah pasti juaranya.

Dulu jaman SD, saya bilang sama ayah waktu beliau ajak saya ke kantornya di daerah Gambir. Saat melewati Thamrin-Sudirman, saya bilang kalau suatu hari saya akan bekerja di gedung-gedung tinggi ini. Sempat saya bekerja di wilayah lain, cukup lama.Tapi ternyata, Allah ga lupa dan Dia dengan segala macam konspirasi tingkat dewanya sama alam semesta, membuat saya sekarang berada di lantai 23 sebuah gedung di jalanan tersebut. Subhanallah, Allah ga pernah lupa, Maha dengar dan mencatat, bahkan gumaman anak ingusan yang belum ngerti apa itu bekerja.

Cerita lainnya, tentang bagaimana Dia mengajarkan saya untuk merasakan pengalaman melepaskan. Ga berani nyebutnya meng-ikhlas-kan, kuatir ternyata saya belum ikhlas ehehehe. Intinya, malem itu ditengah-tengah ketidakjelasan hidup (beneran ga jelas deh, serasa mati rasa, pikiran antah berantah, mata bengkak dan perut super perih), tiba-tiba saya bergumam kecil, berdoa sedikit. Mungkin beliau lantas menemukan bahwa doa kecil ini tulus, sepenuh hati, jujur karena diucapkan antara sadar dan ga sadar. Lantas Dia mencatatnya, membantu meluluhkan hati yang keras dan membantu saya menjalani hari-hari berikutnya. Efek dari doa kecil saya malam itu? Subhanallah. Entah berapa banyak rasa syukur yang harus saya ucap. Allah dengan baiknya mempermudah urusan saya dengannya, membuat kami masih bisa bersama-sama sesuai dengan doa yang saya minta.

Sebenernya banyak pengalaman yang membuktikan betapa WOW-nya beliau sebagai pemberi kejutan. Sukses membuat saya cengar cengir sendiri, sukses membuat saya lulus kuliah padahal saya ga tau siapa yang mengerjakan skripsi saya x_X *berasa ga nulis apa-apa saking men-zombie-nya*.

Intinya, selama masih ada keyakian akan kekuatan Tuhan, jangan pernah berhenti berharap pada sang pemberi harapan ini. Allah dijamin ga PHP deh. Kadang emang sih bertahun kemudian harapan kita baru bisa terkabul, atau bahkan mungkin ga terkabul sama sekali. Tapi sadarkan kita kalau lantas Tuhan mengganti dengan yang lebih baik?

Tuhan tau, Dia hanya menunggu. Mungkin menunggu untuk kembali diminta, kembali dipercaya atau kembali diberi kuasa untuk mengatur hidup kita. Terkadang, kita terlalu sibuk menata hidup sampai lancang mengesampingkan yang punya hidup, ga melibatkan Dia waktu berencana.

Berserah, pasrah bukan tanpa usaha. Jauh beda sama malas berusaha. Percaya bukan lantas diam saja. Percaya itu perkara hati. Berencana urusan otak.

Dibalik tingginya tembok tak terlihat ini, saya masih memelihara percaya pada beberapa sendi kehidupan. Maaf ya Tuhan yang maha baik, masih ada satu sendi hidup yang saya belum bisa percayakan pada-Mu, sepenuhnya. Mungkin kelak akan sepenuhnya. Atau mungkin tidak sama sekali.



Tidak ada komentar: