14 Februari 2014

Tentang Sebuah Nama

Saya ga tau harus berlari kemana, ga tau harus duduk dimana dan ga tau harus minum obat apa supaya sakitnya reda.

Gamang. Mungkin begitu namanya. Kalau memang sakit hati itu punya nama. Saya cuma tau mata saya ga berenti basah, kepala saya berputar layaknya komedi putar di pasar malam dan tubuh saya lunglai macam kangkung dalam wajan.

Satu hari berlalu, hari kemudian hadir. Saya hanya diam menatap sebuah nama. Nama yang begitu dekat namun asing. Nama yang selalu menjadi tempat saya pulang beberapa tahun ini. Nama yang melindungi saya saat dunia menyerang saya, walau kadang hanya ketakutan saya semata.

Nama yang begitu dekat namun asing. Nama yang belakangan ini ada dalam umpatan berujung doa setiap malamnya. Nama yang dalam sujud selalu tersebut. Sekaligus nama yang membuat gamang ini begitu nyata.

Lagi-lagi saya ga ngerti kenapa nama itu begitu berharga. Tapi malam itu saya tau kenapa nama mu begitu berharga. Karena nama mu membuat saya naik kelas. Saya belajar ikhlas. Belajar merasa dengan sederhana, mencintai dengan landasan sempurna.

Melepas itu mudah, ikhlas itu perkara lain. Saya tau saya masih jauh dari situ. Yang saya ga tau kenapa mencintai sebuah nama itu begitu memberikan saya pelajar hidup yang luar biasa. Sebuah nama yang begitu dekat namun asing.

8 Februari 2014

Racau lagi

Bahkan jika bisa aku tak mau siakan kesempatan untuk menggenggam mu dan mengatakan yang bibir ini tak sanggup bilang. Sekarang juga. Detik ini juga.

Sampai mata ketakutan untuk terpejam. Aku harap ini mimpi. Berkali aku pejamkan mata dan sakitnya masih ada.