Hanya sepotong kata yang tak benar-benar memiliki arti yang dapat dijelaskan oleh manusia.
Apakah sebegitu berharganya si jujur ini sampai-sampai membuat manusia tak diizinkan masuk surga karena dia tidak jujur? Seberapa berhargakah jujur?
Apakah ada dari kita yang benar-benar tau apa yang disebut kejujuran?
Apakah dia itu sebuah makanan enak atau perasaan nyaman? Apakah dia kotak atau lonjong?
Apa kita benar-benar tau seperti apa kejujuran itu?Apakah sebuah “jujur” dapat dilihat dengan mata telanjang? Atau hanya bisa dirasakan dengan hati saja? Perlukah sebuah “jujur” diucapkan? Lantas mulut yang bagaimana yang pantas mengucapkannya?
Apa warnanya? Merahkah? Sehijau daun kah? Sekuning matahari?
Banyak dari kita yang selalu mengatakan “jujur nih yaa” atau “gw udah jujur banget ini” mungkin juga “sumpah gw jujur ini” namun tidak satupun dari kita tau apakah benar dia sudah memiliki “jujur”. Bagaimana kita tau? Bahkan kamu tidak tau bagaimana bentuknya, bahkan aku tidak pernah melihatnya lantas bagaimana kita tau kalau jujur memang ada? Bagaimana kita membuktikan bahkan kita memiliki “jujur”? bagaimana kita tau siapa yang memilikinya dan siapa yang tidak?
Jujur bukan makanan juga bukan jus segar. Jujur bukan pekerjaan, bukan juga seseorang.
Jujur hanyalah sepotong kata dalam lipatan hidup, guratan nasib dan panjangnya hari.
Jujur hanyalah sebagian kecil dalam hati kita,
potongan kecil dalam otak kita dan irisan tipis dari ucapan kita.
Jujur tak akan pernah terlihat, melihatnya berarti kamu tuhan.
karna hanya tuhan yang bisa melihat jujur.
Jujur tak memiliki bentuk karna bila ia memiliki bentuk, tangan manusia sanggup mengubahnya.
Jujur tak memiiki warna, ia adalah semua warna.
Merah adalah jujur, kuningpun demikian, hijaupun begitu.
Hebatnya kita bisa temukan jujur dimanapun.
Ada jujur dalam roti isimu, mungkin jujur juga ada dalam gelas kopiku
atau mungkin dia terselip dalam kantong celanamu.
Jujur bisa ada dimanapun.
Bisa ada dimataku, mungkin dalam mulutmu atau bahkan tersimpan rapi di hati kita.
Jujur kadang sangat membingungkan atau mungkin bisa kita bilang sangat cerdas.
Sangat pandai dia bersembunyi, sangat lincah dia berlari dan sangat cepat dia menghilang.
Dia sedikit pemalu, tak jarang ia bersembunyi agar tidak ada seorang pun yang tau keberadaannya. Banyak hal yang bisa terjadi dengan ketidakhadiran si jujur, namun jujur selalu punya alasan sendiri mengapa ia memutuskan untuk tak muncul hari ini.
Mungkin dia menunggu, mungkin dia berpikir atau mungkin dia takut.
Dia memikirkan saat terbaik untuk muncul, dia memikirkan saat terbaik untuk terlontar dan dia memikirkan sasaran yang tepat agar dimengerti.
Ada kalanya jujur ketakutan, dia bersembunyi dan mencoba melarikan diri.
Tapi dia selalu tau, tak ada tempat untuknya bersembunyi dan akan selalu tersedia waktu baginya untuk muncul.
Seolah seluruh jam sudah diatur untuk menyambutnya.
Semakin aku jabarkan tentang jujur semakin dalam aku terperosok dan semakin kabur bayangan jujur dipikiranku.
Entah karna volume otakku yang memang minimal atau karna pikiranku terlalu pendek sehingga sepotong kata itupun tak dapat aku cerna dengan baik maknanya.
Apakah jujur itu makanan? Segelas jus segar? Aku tak tau.
Aku tak pernah benar-benar tau. Karna aku tak pernah melihatnya, tak pernah benar-benar yakin merasakannya dan tak pernah menyentuhnya.
Semua yang kamu katakan tentang jujur, makna yang dijelaskannya pada ku tentang jujur atau seluruh perilaku yang dicontohkan orangtua untuk anaknya atas nama kejujuran belum lagi mampu membuatku meyakini jujur yang ada pada diriku, apalagi pada dirimu.
Aku tak mampu mendeklarasikan kejujuran ada padaku, tak juga mampu meyakinkan bahwa aku membawa jujur.
Aku tak menemukannya dalam roti selaiku pagi ini, tak juga merasakannya dalam jus alpukatku siang tadi dan malam ini, jujurpun tak mampir dimimpiku.
Aku hanya mengatakan apa yang aku rasa, menyampaikan apa yang aku lihat, melakukan apa yang aku inginkan dan membahagiakan orang yang aku cintai.
Lalu apa kamu melihat jujur didiriku? Mungkin tidak.
Apa kamu merasakan jujur ada padaku? Mungkin belum.
Lalu apa yang aku lakukan? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.
Mengatakan apa yang aku rasa, menyampaikan apa yang aku lihat, melakukan apa yang aku inginkan dan membahagiakan orang yang aku cintai. Itukah jujur?
Apa jujur bisa memiliki ukuran? Atau dia memiliki batasan? Sangat jujur, sedikit jujur, jujur, tidak jujur, sangat tidak jujur, cukup jujur, mungkin jujur, banyak jujur.
Apakah jujur baik? Atau seberapa baikkah dia?
Berarti tak bisa kita katakan jujur adalah yang terbaik atau kebaikan adalah kejujuran.
Apakah dia cukup baik untuk dipertahankan? Jadi jujur itu jahat atau baik?
Ketika banyak orang harus terluka karna jujur, masih baikkah sebuah kejujuran?
Ketika banyak orang harus mati karna mempertahankan kejujuran, masih baikkah ia?
Ketika semua orang rela dicaci maki demi kejujuran, masih baikkah dia?
Ketika mengatakan yang sebenarnya tidak lagi dimaknai sebagai sebuah kejujuran, lantas apa jujur itu? Ketika menyampaikan apa yang kita lihat bukan lagi sebuah kejujuran, lantas bagaimana bentuknya?
Apakah jujur itu pilihan? Lalu apa pilihan lainnya? Tidak jujurkah? Mungkin.
Lantas mengapa memilih jujur selalu dikatakan yang terbaik?
Apa tidak jujur itu jahat? Apakah jujur yang selalu terbaik? Bukankan itu pilihan?
Tidak ada yang salah dalam memilih.
Hanya ada sebuah konsekuensi dari sebuah pilihan.
Baik atau jahat, jujur atau tidak, tidak akan pernah menjadi sebuah pilihan bila kita mengkonstruksinya sebagai sebuah kepastian.
Tidak ada yang pasti dalam sebuah pilihan, tidak ada harga mati dalam memilih.
Sebuah kepastian tak pernah memberikan ruang untuk sebuah pilihan, kepastian tak pernah menawarkan pilihan dan kepastian tak memiliki pilihan.
Pilihan melahirkan kepastian, namun kepastian tak pernah menginginkan pilihan.
Apa aku jujur? Apa kamu jujur? Sudah jujurkah kalian? Jujurkah kita?
Bukan, aku bukan jujur.
Kalianpun tidak, belum tentu kita jujur dan kamu? Yakinkah kamu jujur?
Aku tak tau apa kamu jujur, seberapa jujur aku atau jujurkah kita?
Aku hanya tau, kejujuranmu hanya bentuk keegoisanmu semata.
Jujurmu tak membuat kebaikan, jujurmu tak menyembuhkan, jujurmu tak menenangkan, jujurmu menyesatkan.
Mungkin bagimu jujur hanyalah pertunjukan keegoisanmu.
Pentas kejujuran yang menyakitkan. Pentas keegoisan dengan mengatasnamakan kejujuran.
Jujur mu hanyalah transformasi ego.
Kamu berhasil mengubah ulat jelek bernama ego menjadi kupu-kupu cantik bernama kejujuran.
jadi apa makna di balik sebuah kata sederhana itu?
tanya diri kita masing-masing, sudahkah kita mengerti apa jujur itu?
@chocappucino, november 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar