23 September 2010

cerita pendek tentang dia

seorang perempuan berbaring di kasur hijaunya, menatap lurus ke langit-langit sembari menunggu kabar dari seorang pria yang berada beberapa kilometer jauhnya dari tempat ia berbaring sekarang. ia mulai mereka-reka apa yang sedang si pria lakukan. mungkin sedang memikirkan apa yang harus dikatakannya atau memikirkan bagaimana cara menyampaikannya dengan halus. wajar saja, sebab perempuan itu sudah membuka wacana yang selalu tidak dapat mereka berdua akhiri dengan baik. semua hanya berakhir dengan "sama-sama maklum".


seketika iya melonjak, menjauhi bantalnya, menepis selimutnya dan membaca ulang kabar yang disampaikan prianya. yaa, ia membaca ulang. mencoba mencerna dari sisi positif yang sudah sangat kritis kondisinya. berkali ia coba berkali kabar itu kirimkan sinyal pada sisi negatifnya yang sedang dalam kondisi sangat baik.


bantalnya kemudian basah, raungannya memilu dan jeritnya mengiris semua yang mendengar. untunglah, jam dinding yang baik hati menunjukan hari telah berganti. manusia lain sedang sibuk mengistirahatkan diri, bergelut dengan mimpi. andaikan ia bisa membuka mulutnya yang lagi terkunci rapat, kita dapat sama-sama rasakan pilu hati yang mendera.


ini bukan sesal, isaknya. ini bukan malu, sanggahnya. ini hanya kebodohan yang terlalu lama tersimpan, ujarnya. ini hanya sebuah cinta tanpa landasan. konsekuensi logis dari pilihannya di masa lalu. kemudian ia bersandar pada bantalnya yang belum juga mengering. membiarkan hati dan pikirannya bergelut, meninggalkan kemelut yang tercipta sebab ia tak lagi sanggup menanggung sebuah kalut malam ini.

Tidak ada komentar: