15 April 2010

melamun

lama ia terduduk diam di halte itu. memandangi lalu lalang mobil dari berbagai merk sendirian. yaa kesendirian telah lama menjadi teman terbaiknya. pikirannya melayang jauh pada masa ketika tawa dan senyuman membanjiri hidupnya. sangat bertolak belakang dengan hidupnya saat ini. ia tidak bermuka masam, tidak berkeluh kesah, ia hanya diam dengan senyum miris menghiasi wajahnya yang tak lagi cerah. wajar saja, beberapa minggu ini hidupnya penuh pertengakaran. wajahnya tidak begitu jelas, hanya temaram lampu jalanan menyorot sebagian wajahnya yang tertutup bayang atap.


dia tidak bisa menyentuhnya. padahal dia berdiri sangat dekat dengan tempatnya duduk. dia menatapnya lekat. merasakan peluh yang ingin segera ia buang jauh. merasakan keinginannya untuk terbang jauh mengejar bayang seorang penyemangat yang terus melekat pada otaknya. dia merasa sangat mengenalnya. bahkan jauh sebelum dia melihat sosoknya bersandar pada salah satu tiang di halte itu. ingin rasanya dia memeluk erat sosoknya dan mengatakan sebuah kalimat singkat "tenanglah, ada aku disini. kamu tidak sendirian" namun suara dia tak bisa didengarnya. dia hanya bayang semu dengan dunia yang bersebrangan dengannya

saat itu saya memutuskan menyatukan mereka. menjelma dalam diri saya. menyudahi peluh yang dirasakannya dan membiarkan dia menghiburnya dalam wujud saya. dia mampu hadirkan ketegaran yang harus dipelajarinya agar ia tak lagi duduk melamun di halte itu. ia harus membiarkan dia masuk dalam dirinya agar keseimbangan tercipta dalam diri saya. ia tak bisa lagi egois dengan membiarkannya terlarut dalam pusaran pertengakaran karena dia akan senantiasa berdiri menjadi sosok pembelanya. sosok yang akan katakan pada dunia bahwa ia adalah kuat

mereka ada dalam diri saya saat ini. mencoba ciptakan keseimbangan antar keduanya. peluh yang hati saya rasakan mungkin tidak muncul kepermukaan sehingga ketegaran menjadi sosok cerminan saya. ini tidak berlangsung lama atau mungkin sudah sangat lama sampai saya tak tau mana cerminan diri saya sesungguhnya. ada dirinya yang senantiasa terkukung dalam pusara peluh masa lalu saya dan ada dia yang berdiri tegar menjelma menjadi perempuan kuat dan berani. mereka belum berhasil ciptakan keseimbangan buat saya. mereka masih mencari porsi racikan terbaik agar hasilkan saya yang apik. saya masih menunggu.

bis kuning terakhir melitas di hadapan saya. malam telah larut ternyata. saya sudah sendirian lebih dari sejam disana dan tak lagi ada siapapun disana kecuali seorang tukang ojek yang memandang iba pada saya. lamunan ini berakhir namun pencarian bentuk mereka terus berlanjut, entah sampai kapan.

Tidak ada komentar: